Rabu, Juli 13, 2011

Alhamdulillah, Sandy sudah di Khitan



Setelah melalui diskusi panjang saya dengan istri akhirnya kami putuskan akan mengkhitan Sandy, putra pertama kami pada Senin (27/6) yang lalu. Saya merasa surprise atas kesadaran sendiri Sandy meminta untuk segera dikhitan. “ Mi, temenku sudah semua, Kaka kapan Mi.” rajuk Sandy pada Uminya.

Sebagai orang tua memang sudah selayaknya jauh-jauh hari memikirkan hal tersebut. Namun karena kesibukan tanpa terasa saat ini sandy sudah duduk dikelas VI SD. Wajar saja jika dia dengan kesadaran sendiri tanpa diminta untuk segera di khitan, karena saya yakin mungkin teman-temannya dikelas sering mengejek teman lainnya yang belum di khitan.

Akhirnya seusai mengambil raportnya pada ahad, esoknya Senin pagi pukul 06.00 kami bergegas menuju ke klinik Putra Winda, tempat dimana kami sudah mendaftar khitan satu minggu yang lalu. Letaknya tidak jauh dari kediaman kami. Hanya butuh waktu tidak lebih dari 5 menit saja jika mengendarai sepeda motor . Tepatnya masih di Perumahan Villa juga namun adanya di blok L. Pagi itu Sandy ditemani adiknya, Zaidan dan keponakannya yang saat itu sedang liburan, Yerry.

Saat mendaftar klinik tersebut , ibu Winda menanyakan mau pakai metode apa‚“Disini bisa yang laser dan biasa.” ujar bu Wida yang merupakan istri dari pemilik klinik tersebut. Saya meminta metode khitan yang konvensional saja. Berdasarkan hasil searching saya di dunia maya dan ditambah dari penjelasan Bu Winda, memang metode konvensional lebih bagus dibandingkan yang laser. Walaupun sembuhnya memakan wktu lama, namun untuk jangka panjang lebih baik jika ditinjau dari sisi kesehatan.

Pagi itu Sandy tampak tegar, walaupun rasa takutnya tetap ada dan sulit untuk disembunyikan. Setelah menunggu kurang lebih lima menit, Pak Hamdani yang merupakan Dokter diklinik tersebut lansung menyapa kami dan sedikit bergurau dengan Sandy. Tak lama saya dan Sandy dipersilahkan untuk masuk keruangan praktek sang dokter kelahiran Aceh tersebut.

Mula mula sandy diminta untuk menaggalkan celananya dan diperintahkan untuk berbaring. Sambil terus bertanya tentang keseharian atau kegiatan sekolah Sandy yang maksudnya agar sianak bisa dialihkan pikirannya, lalu dengan cekatan Pak Hamdani melakukan tahapan-tahapan proses khitan mulai dari proses anestesi dengan menyuntikan di area depan kemaluan sebanyak tiga kali sampai proses pemotongan. Kulihat Sandy tampak meringis menahan kesakitan sambil tangannya tetap menggenggam game PSP dan saya pun coba menghiburnya sambil membelai rambut putra pertama saya itu. Menyaksikan proses khitan tersebut entah kenapa tubuh saya tersa dingin dan mendapat kepala menjadi berat. Melihat hal tersebut Pak Hamdani segera mempersilahkan saya agar duduk di kursi. ”Kenapa Pak, pusing ya?” ujarnya masih terus melanjutkan tahapan terakhir prosesi khitannya yaitu menjahit ujung kemaluan yang telah selesai dipotong.

Hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit, akhirnya proses khitan tersebut selesai. Usai memberikan sedikit pengarahan dan obat yang harus diminum setelah khitan kami pun bergegas kembali kerumah. Kulihat wajah Sandy tampak berbinar. Hal yang berat sudah dilaluinya dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti.

Pada hari itu saya tidak mengadakan acara khusus dalam rangka tasyakuran khitanan putra kami, saya dan istri hanya memesan nasi box dan dibagikan ketetangga terdekat sebagai rasa syukur dan juga pemberitahuan kepada tetangga bahwa hari ini putra kami Sandy sudah di Khitan.

Alhamdulillah, hari ini genap 2 minggu sudah Sandy di khitan. Kulihat dia sudah bisa pakai celana dan kudengar dari istriku, bahkan sudah bisa bersepeda bersama teman-temannya dirumah. Wallahu’alam bishowab.
note: gambar diatas saya print dan dimasukan ke dalam box yang dibagikan ke tetangga.

Tidak ada komentar: