Jumat, September 28, 2012

Jangan Pernah Meragukan Diri Sendiri

Keyakinan adalah teman setia yang akan membawa kita pada suatu tempat yang kita cita-cita kan. Sementara keraguan, kebimbangan apa lagi keyakinan akan ketidakmampuan adalah teman setia mereka yang tersisih dan tertinggal. Sejauh dan sesulit apapun jarak yang kita tuju, jika keyakinan menemani perjalanan kita maka insyaAllah kita akan sampai sepanjang syarat-syaratnya terpenuhi. Tentu keyakinan menjadi tak berguna tanpa tindakan dan perbekalan yang cukup untuk bisa sampai tujuan.

Kita mungkin sering mengalami situasi dimana keinginan kita menjadi bahan tertawaan orang, atau situasi dimana banyak orang meragukan kemampuan kita. Mungkin kita menjadi kecewa dan berkecil hati, mungkin juga kita menerima rasionalitas orang-orang yang meragukan kita dan pada akhirnya kitapun berkata “ya..ini terlalu sulit” atau “ya..ini tak akan mungkin”.

Sehebat apapun kita, seterkenal apapun kita, seahli apapun kita, sesungguhnya kita tidak akan pernah terbebas sama sekali dari keraguan orang. Meski banyak orang yakin akan kompetensi kita, selalu saja ada orang yang mungkin meragukan kita. Dan ini hal yang biasa yang pasti dialami oleh semua orang. Bahkan Nabi Musa yang telah berkali-kali membuktikan kemampuannya menolong kaumnya menghadapi Fir’aun tetap tidak mampu membuat semua kaumnya yakin akan kemampuannya.

Suatu hari ketika Musa dan pengikutnya berlari dari kejaran Fir’aun dan pasukannya, sampailah mereka di pinggir laut merah. Di depan mereka berhadapan dengan laut luas tanpa perahu sementara di belakang Fir’aun dan pasukannya semakin mendekat. Secara kasat mereka terjepit, tak ada tempat lagi untuk melarikan diri. Dalam keadaan sulit dan terjepit tersebut apa yang terjadi pada pengikut Musa?

Meski Musa pernah menunjukkan kesaktian tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular besar dan mengalahkan semua ular-ular ciptaan ahli-ahli sihir Fir’aun, tetap saja pengikut Musa ragu, tidak percaya bahwa Musa akan menemukan jalan keluar untuk menyelematkan mereka. Bahkan pengikut Musa yakin bahwa Fir’aun dan pasukannya akan berhasil menangkap mereka.

Bayangkan, di tengah situasi sulit dan terjepit, bukan musuh-musuhnya, bukan pesaing-pesaingnya, bukan orang-orang yang sakit hati dengan Musa yang meragukan kemampuannya, melainkan teman-temannya sendiri, pengikut-pengikutnya, orang-orang dekatnya sendiri yang meragukan kemampuannya.

Musa adalah contoh dari sebuah keyakinan. Musa tidak menjadi ragu karena keraguan orang-orang dekatnya sendiri. Musa yang terjepit diantara lautan dan pasukan Fir’aun, Musa yang dikelilingi oleh orang-orang yang pesimis justru dengan mantap dan penuh keyakinan berkata: "Tidak mungkin… Sesungguhnya bersama saya ada Allah, Dia pasti menunjukkan jalan keluarnya" (QS As-Syu’ara’ : 61 -62).

Dan kita semua tahu akhir dari cerita Musa. Keraguan orang lain tidak membuatnya ragu untuk sampai tujuan. Keyakinannya yang kuat bahwa Allah selalu bersamanya, dan bahwa Allah pasti menunjukkan jalan keluar telah membawa musa sampai ke seberang lautan dan menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya.

Biarlah orang lain meragukan kita, tapi janganlah sekali-kali kita menjadi orang pertama yang meragukan kemampuan kita sendiri. “Allah sesuai dengan prasangka hambanya”, begitu Nabi Muhammad pernah berkata.

Sumber: http://www.facebook.com/mukhamad.najib/posts/4137634751478

Tidak ada komentar: